Sumber: pixabay.com
Usaha ayam petelur masih menjadi salah satu bisnis yang banyak peminatnya. Meski tidak sedikit yang jatuh bangun ketika mengelola usaha ini, namun keuntungannya sangat menarik bagi pemilik modal.
Bukan tanpa kendala, pengelola usaha peternak ayam petelur banyak menemukan tantangan agar tetap dapat bertahan.
Ternak ayam jenis petelur banyak dilakukan di wilayah perkampungan. Bahkan tidak jarang yang membuat kandang di luar pemukiman warga dan harus menggaji karyawan untuk menjaganya.
Seperti usaha peternakan lainnya, ayam petelur juga mempunyai resiko yang cukup tinggi.
Tantangan ternak ayam petelur
Melihat hasil panen melimpah dan kalkulasi keuntungan yang besar sering mengundang minat pemilik modal untuk membuka bisnis ayam petelur.
Namun bagi yang tidak siap modal dan mental, dapat dengan mudah gulung tikar. Peternakan merupakan salah satu usaha yang rentan gagal atau rugi. Apa saja tantangannya?
1.Susah mendapat modal
Peternakan merupakan jenis usaha yang susah mendapat akses modal dari bank. Bukan tanpa alasan, resiko yang cukup tinggi membuat pihak lembaga keuangan sangat berhati-hati ketika akan menggulirkan dana.
Karena itu, sebagian besar peternak mengandalkan modal sendiri atau kemitraan dengan pengusaha besar.
2. Harga jual telur Yang fluktuatif
Kebutuhan telur ayam sangat tinggi menjelang Lebaran. Selain untuk konsumsi langsung, telur juga merupakan bahan pembuat aneka kue kering, kue basah hidangan khas ketika Idul Fitri. Pada saat tersebut harga jualnya bisa melambung tinggi.
Bukan hanya demand, stok juga mempengaruhi harga. Ketika banyak peternak yang panen, maka harganya dapat turun drastis meski kebutuhan pasar tinggi. Hal ini menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada untung rugi bisnis ayam petelur.
3. Resiko ternak mati cukup tinggi
Berbeda dengan ayam kampung yang lebih tahan terhadap penyakit, jenis petelur sangat rentan.
Apalagi sistem pemeliharaan di dalam kandang sehingga jika salah satu sakit maka dapat menyebar dengan sangat cepat. Kejadian seperti ini yang menyebabkan kematian ayam dalam jumlah tinggi.
4. Cuaca atau musim
Ayam petelur membutuhkan suhu tertentu agar dapat bertahan hidup dan tumbuh dengan normal.
Jika tidak sesuai, misal cuaca yang terlalu panas atau dingin dapat menyebabkan stres dan kematian. Bukan itu saja, suara yang cukup berisik juga mengganggu bahkan dapat menyebabkan banyak ternak mati.
5.Rentan terhadap penyakit
Meski sudah mendapat perawatan sesuai standar dan vaksin, ternyata tidak selalu bisa menurunkan tingkat kematian ayam.
Semakin tinggi tentu keuntungan yang dihasilkan rendah. Terlebih beberapa penyakit setelah mendapat obat justru kebal, bahkan menimbulkan varian baru.
6.Complain dari lingkungan
Masalah sosial ini seringkali dialami oleh peternak ayam petelur. Bau yang kurang sedap dapat mengganggu lingkungan, bahkan tidak jarang mendapat complain.
Meski sudah menggunakan mikroba penghilang bau, ternyata tidak selalu dapat menghilangkan polusi udara yang timbul.
Salah satu solusi yang sering diambil oleh peternak adalah dengan mendirikan kandang di tengah persawahan yang jauh dari pemukiman.
Namun peternak harus mengeluarkan biaya cukup besar. Hal ini untuk membangun instalasi air bersih, listrik dan gaji penjaga
Meski demikian, tidak sedikit pemilik modal yang tetap menginvestasikan dananya untuk ternak ayam petelurini. Dengan pertimbangan masak dan penanganan yang tepat, banyak pebisnis dapat meraup keuntungan besar. Selain modal, salah satu hal yang perlu disiapkan sebelum memulai usaha ini adalah mental dan strategi tepat.
Usaha ayam petelur meski mempunyai resiko yang cukup tinggi juga dapat menghasilkan banyak keuntungan.
Tidak heran jika banyak yang menjalankannya baik dalam skala besar maupun kecil. Untuk memulainya, sebaiknya melihat usaha yang sudah jalan terlebih dahulu sehingga bisa menjadi referensi.
Tinggalkan Balasan